Monthly Archives: Maret 2012

Perayaan Cheng Beng

Standar
Minggu depan tanggal 4 April 2012 masyarakat China akan merayakan festival Cheng Beng atau Ceng Meng atau Qing Ming yaitu sembayang kuburan dimana keluarga pergi ke kuburan leluhur untuk membersihkan kuburan, membawa makanan dan membakar uang kertas (palsu) atau membakar hio agar para leluhur bahagia di alam baka.
Banyak cerita atau legenda seputar perayaan Cheng Beng ini.
Legenda pertama (disadur dari selebaran upacara Cheng Beng, diterbitkan oleh Maitricittenna, Ekayana Budhist Center)
Diceritakan pada zaman Dinasti Ming ada seorang anak bernama Cu Guan Ciong (Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming) yang berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Dalam membesarkan dan mendidik Cu Guan Ciong, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil.

Tai Zu

Semakin dewasa, karma Cu Guan Ciong semakin baik. Sehingga ketika dewasa, Beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Cu Guan Ciong kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.

Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, sebagai seorang kaisar, Cu Guan Ciong memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk memberikan tanda kertas kuning di atas makam-makam tersebut.
Setelah semua rakyat selesai berizarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahawa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.
Bakti kepada orang tua adalah dasar dari segala perbuatan. Yang paling utama adalah bakti saat orang tua masih hidup yaitu dengan berusaha membalas jerih payah mereka membersearkan kita. Saat orang tua telah meninggal dunia, kita mengenang dan mengingat kembali budi-budi mereka dan sekuat tenaga membalasanya.
Legenda kedua (chinalights.com)
Qingming (Tomb) Festival (chinatour.com)

Qingming (Tomb) Festival (visitourchina.com)

Perayaan Qingming adalah perayaan sembayang kubur atau makam para leluhur. Biasanya perayaan ini dimulai pada awal musim semi sekitar bulan April tanggal 4 atau 5, dimana semua tanaman mulai bersemi kehijauan dan merupakan saat yang tepat untuk keluar rumah.

Setelah mengalami perubahan waktu dari masa ke masa, perayaan Chengbeng menjadi perayaan tradisional bagi masyarakat China untuk menyapu dan bersih-bersih di makam leluhur yang disebut juga Shang Fen. Sekarang ini menyapu, membersihkan kubur merupakan kegiatan yang paling penting dan peryaan paling populer, sebagai pernyataan rasa hormat dan pengorbanan kepada leluhur.

Legenda ketiga (chinaodisseytours.com)

Berbicara tentang Perayaan ChengBeng atau QingMing, berarti juga membicarakan perayaan Hanshi (perayaan makan makanan dingin) yaitu sehari sebelum Chengbeng.

Perayaan Hanshi mengingatkan kita pada pergabdian seorang hamba bernama  Jie Zitui.  Ia adalah seorang hamba dari Chong’er (dikenal kemudian sebagai Duke Wen) di negara bagian Jin sekitar musim semi sampai musim gugur (722-481 BC) di China. Dimana pada saat itu negara bagian Jin sedang dilanda kerusuhan berkaitan dengan kekuasaan dan Chong’er diungsikan mengingat dia adalah penerus dari penguasa pada saat itu.

Selama 19 tahun dalam pengungsian, Jie Zitui adalah seorang hamba yang setia dan selalu mengikuti Chong’er lari kesana sini dan berusaha untuk melindunginya. Pada suatu hari Chong’er hampir mati kelaparan dan Jie Zitui entah dari mana secara ajaib dapat menyiapkan sup daging untuknya. Chong’er bertanya-tanya bagaimana Jie Zitui bisa mendapatkan daging untuk membuat sup dan akhirnya ia tahu bahwa Jie Zitui memotong salah satu otot dari pahanya. Chong’er terharu dan berjanji akan membalas kebaikannya nanti, tapi Jie Zitui bukanlah tipe orang yang mengharapkan balas budi tapi semata-mata adalah agar Chong’er bisa menjadi penguasa di negara Jin dan mensejahterakan rakyatnya.

Akhirnya Chong’er berhasil menjadi penguasa di negara Jin, tapi pada saat yang bersamaan Jie Zitui mengundurkan diri dan menjauh darinya. Duke Wen kemudian menghargai orang-orang yang selama ini menolongnya selama di pengungsian, kecuali ia lupa pada salah satu hambanya yaitu Jie Zitui. Ketika ia dingatkan akan sup daging yang menyelamatkan nyawanya, Duke Wen sangat menyesal dan ingin mengkompensasi rasa malunya, ternyata dia diberitahu bahwa Jie Zitui sekarang telah pindah ke pegunungan terpencil bersama ibunya.

Jie Zitui dan ibunya (chinatouronline.com)

Jie Zitui dan ibunya (chinatouronline.com)

Dalam rangka mencari Jie Zitui, Duke Wen mengerahkan ratusan tentaranya tapi gagal, kemudian ia mendapat saran dari pengawalnya bahwa kalau disudutkan dari 3 arah secara bersamaan, Jie Zitui pasti akan keluar dari sudut yang tersisa. Akhirnya ia memerintahkan tentaranya untuk membakar hutan, tapi Jie Zitui tidak keluar juga setelah  api padam 3 hari kemudian. Ternyata mereka menemukan jenasah Jie Zitui bersama ibunya dan sepucuk surat yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan negara yang kuat bukan  uang dan gelar kehormatan yang dikejar, ia mengharapkan agar Duke Wen menjadi penguasa yang adil dan baik dan memberikan kemakmuran untuk rakyatnya.

Duke Wen sangat menyesali kematian Jie Zitui, untuk menghormatinya ia memerintahkan pada rakyatnya selama 3 hari tanpa api (itu menyebabkan rakyat selama 3 hari tidak memasak dan makan makanan dingin). Tempat dimana Jie meninggal menjadi tempat peristirahatannya dan dinamakan Jiexiu County.

Legenda lain menceritakan, setahun setelah kematian Jie Zitui, Duke Wen mengunjungi makamnya dan mendapati bahwa banyak semak dan rumput liar tumbuh di areal makam tersebut, dan didapati juga pohon rindang tumbuh di areal itu. Sedih melihat keadaan makam tersebut, Duke Wen membersihkan dan kemudian beristirahat di bawah pohon rindang dan akhirnya ia mendapatkan ide agar seluruh rakyatnya membersihkan makam leluhur atau orang yang berjasa dalam kehidupan mereka sehari sesudah perayaan Hanshi. Seiring berjalannya waktu sekarang ini perayaan 3 hari makan makanan dingin menjadi sehari dan akhirnya bergabung dengan perayaan Qingming atau ChengBeng.


Reality Show: Lomba Masak Anak Junior MasterChef dan Iron Chef Kids

Standar

Junior Master Chef season 2 (insidecuisine.com)

Menonton reality show Junior Master Chef Australia sangat-sangat menggemaskan. Melihat acara ini membuat saya terkagum-kagum dengan kepintaran anak-anak Australia mengolah makanan yang menurut saya biasa dimasak oleh chef di restoran atau orang dewasa pada umumnya.

Gary, Donna and George

Saya tidak tahu bagaimana proses pembuatan acara tersebut di Australia, penonton yang melihat acara tersebut dibuat kagum dengan kecanggihan mereka memotong sayuran, daging, mengolah bumbu baik ditumbuk atau diblender, membumbui daging atau ikan atau bahan makanan lain, mengoreng, menumis, memanggang dan kemudian menata makanan tersebut di piring atau tempat lainnya, bisa berupa mangkok, talenan, gelas, dan lain-lain. Akhirnya makanan siap layaknya seperti di restoran terkenal.

Zac and George

Pembawa acara sekaligus juri juga sangat-sangat luwes dalam menghadapi anak-anak tersebut. Apabila ada kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak, bukan makian atau celaan yang keluar tapi justru kata-kata semangat untuk mengulang membuat adonan atau mengoreng lagi dengan sedikit bantuan dari para juri. Begitu pula pada waktu penilaian, apabila rasa kurang pas atau tidak enak, mereka berusaha sebaik mungkin mempertahankan mimik muka dan memberi tahu apa yang kurang dan bagaimana seharusnya dengan gaya dan suara yang sangat ramah. Pada intinya tidak ada kata-kata kasar yang terdengar pada saat kita menonton acara tersebut.

Ketika menonton acara Iron Chef Kids di Indosiar, dimana peserta adalah anak-anak juga, saya agak-agak terkejut juga melihat salah satu chef membentak keluarga yang kebetulan adalah keluarga dari salah satu peserta lomba di Iron Chef Kids. Hal yang lumrah kalau keluarga ingin anaknya menang sehingga tanpa disadari memberi petunjuk ini dan itu ke anaknya, chef Wana Dermawan langsung membentak keluarga tersebut dengan alasan akan membuat bingung si anak dan memang tidak boleh juga melakukan itu. Tapi yang sangat disayangkan adalah cara chef tersebut.

Diaz (Foto: FB Iron Chef Kids Indosiar)

Setelah cari di sana-sini ternyata di FB Iron Chef Kids banyak yang protes cara chef Wana berbicara, walaupun disanggah itu sebagai upaya untuk melatih mental si anak. Terlepas siapa yang benar atau salah, setelah membaca protes-protes yang dilayangkan ke chef Wana, saya sangat menyayangkan hal tersebut terjadi. Berbicara dengan suara keras atau membentak keluarga peserta (walaupun mungkin itu skenario acara) rasanya kurang pantas, apalagi membentak keluarga di depan si anak. Saya pun tidak melanjutkan menonton acara tersebut.

Tidak semua acara reality show luar negri bisa kita tiru, tapi acara masak memasak ini saya kira bagus. Siapa sih yang tidak bangga melihat anak umur 8-12 tahun bisa masak seperti orang dewasa? Hanya saja kenapa kalau kita membuat acara reality show versi Indonesia terasa berlebihan, terasa dibuat-buat dan over acting.

Saya ambil contoh, Master Chef yang belum lama ini dibuat versi Indonesia di RCTI. Ketika melihatnya, saya langsung tidak suka, gaya jurinya itu mana tahan…. Sok dibuat galak, meniru gaya juri Master Chef USA, gaya chef Gordon Ramsay, Joe Bastianich dan Graham Elliot. Kenapa tidak meniru gaya juri Master Chef Australia yaitu Gary Mehigan, George Calombaris, Matt Preston, Donna Hay dan Matt Moran yang lebih ramah lebih lucu, walau kadang mereka juga bisa tegas, tapi tidak menakutkan. Masa sih bikin acara lomba masak tapi menakutkan, takut dibentak-bentak oleh chef atau juri, takut melihat muka chef yang dibuat galak, tanpa senyum.

Ayolah para produser acara, meniru acara dari luar negri itu sah-sah saja, tapi tidak perlulah meniru yang tidak penting, muka galak, tanpa senyum, suara keras atau membentak peserta. Ini adalah acara yang menyenangkan, tontonan sekeluarga, jadi tirulah seperti  Master Chef Junior Australia.

Versi lain di Kompasiana